Kamis, 12 Desember 2013

Bio Seorang Sahabat

Tiba tiba keinget bio seorang teman di twitter, ”hanya ingin banyak yang menangisi ketika mati”, begitu tulisnya. Sekilas seperti bio-bio lainnya, tak ada yang berbeda. Tapi ada yang membuat saya bertanya pada diri sendiri. Kira-kira ketika nanti saya mati berapa banyak orang yang menangisi kepulangan saya? Apakah akan sebanyak orang yang menangisi wafatnya habib munzir dan ustad uje al buqhori, yang pengantarnya sampai ribuan orang. Atau malah ketika jenazah saya hendak dikebumikan gak ada sama sekali yang mengantarnya. Atau jangan-jangan para pengantar itu rela membopong keranda karena imbalan uang?

Ada aksi ada reaksi, begitu kira-kira bunyi hukum newton kedua. Banyaknya pengantar habib munzr dan ustad uje pasti gak lepas dari apa yang mereka lakukan  selama hidup. Pasti banyak orang yang merasakan kebaikan mereka selama hidup, sehingga ketika mereka meninggal, orang orang itu merasa kehilangan.

Balik lagi ke persoalan ketika saya mati berapa banyak yang akan menangisi kematian saya? Seberapa besar kebaikan yang sudah saya perbuat selama hidup, cukupkah “membayar” satu orang untuk menangisi kepergian saya. Atau barang kali saelama hidup saya malah membuat mereka kecewa, dan jangankan untuk menangisi kepergian saya, bahkan untuk membaca broadcast yang berisi berita kematian saya, dia sudah enggan. Berapa banyak kebaikan yang kita perbuat sebelum mati?

Rabu, 20 Maret 2013

Sydrom Putri Malu




“Kau bilang mungkin ini yang disebut dengan sydrom putri malu. Memang harus menguncup ketika disentuh? Pertahanan diri katamu?”
“Ahhhh alibi macam itu? Pertahanan diri atau memang takut? Yaps,anggap saja kau mempertahankan diri dari rasa takutmu. Aku mengerti.”
“Tapi ingat kau dalam posisi tawar, kenapa malah memilih diam? Apa hasil yang kau harapkan dengan diammu itu?”
“Kau berharap aku akan bicara lebih dulu? Yang dalam posisi tawar itu kau, kau yang harus memulai. Aku hanya akan menjawab apa yang kau tawarkan. Sesimple itu, aku yakin kau mengerti. Atau memang otakmu terlalu bebal untuk mengerti?”
“Ingat satu lagi, time is running out. Kau harus bersaing cepat dengan waktu. Sudah berapa ratus kali jarum jam itu berputar? Dan apa yang kau lakukan sampai saat ini selain diam?”
“Iya, kau hanya bisa diam, sembunyi dibalik rasa takutmu. Tidak ada yang tidak beresiko di hidup ini. Kau pikir oksigen yang kau hirup untuk hidup benar -benar bersih? Ada polusi disana sini. Dan kau tahu? Kau beresiko mati karena terkena kanker paru-paru. Matipun juga beresiko, beresiko tidak ada lahan pemakaman yang kosong dan yang lebih horor, kau beresiko ditolak liang kubur.”
“Hey sudah pahamkan kau? aku tau otakmu terlalu bebal. Aku terangkan sekali lagi. Pertama kau tidak bisa diam saja karena kau diposisi tawar. Kedua terlalu banyak waktu yang kau habiskan untuk diam. Dan yang paling penting, pergi dari rasa takutmu dan acuhkan resikonya. Aku tidak berjanji akan menunggu untuk waktu yang lama.”

Kriiiiing kriiiiiing kriiiiiing, alarm ku berbunyi. Menarik khayalanku kembali ke alam sadarku, menghentikan percakapanku dengannya. Tapi yang membuat kepalaku pening adalah kalimat penutupnya. Dia benar, hanya dia yang bisa menjamin dia akan terus menunggu. Tapi aku tak seberani itu untuk mengambil resiko.
Dan jika terus memikirkan ini aku beresiko telat kekampus. Dan nanti sampai dikampus, aku pun tak mampu menyapanya. Sydroma putri malu menunduk ketika bertemu..



Selasa, 26 Februari 2013

Seseorang Tolong Katakan



Katakan kepada embun, terimakasih untuk sejuk perjumpaan disetiap pagi.
Katakan kepada senja, terimakasih atas hangat jingganya.
Katakan kepada hujan, terimakasih untuk bau tanah basah yang dia berikan di tiap tetesnya. Dingin.
Katakan kepada angin, terimakasih untuk sapaan lembutnya.
Sahabat
Katakan kepada sahabat, terimakasih atas kehadirannya dalam kisah ini. cipta bahagia

Kamis, 17 Januari 2013

Ibu???



Aku bernyanyi dibawah kerlap kerlip lampu menyala merah
Ibu dimana?
Ibu sembunyi dibalik rimbun

Aku mengetuk jendela, menengadah.
Kerlip berganti kuning
Ibu dimana?
Ibu menghitung lembar bercampur koin

Merah...
Aku haus, lapar, bercampur peluh
Ibu dimana?
Makan lebih dulu

Senin, 14 Januari 2013

Tak Beranjak Pergi




Malam kembali membangun dinding keheningannnya
Sunyi menguntit desah angin bertiup
Apalagi yang aku rasa selain sepi

Aku nyenyak sendiri
Sibuk kelahi dalam pikiran sendiri
Siapa lagi yang jadi topik imaji?

Ya, masih senyummu yang tak beranjak pergi

Kamis, 10 Januari 2013

Ada Banyak Kau Disini



Bacalah ini dan kau akan tau
Bacalah ini dan semoga kau mengerti

Bacalah dan coba lah terus kau baca
Bacalah sampai kau temukan titik diakhir kata

Bacalah, kau selalu ada bukan?
Bacalah kau akan tau
Bacalah, ini semua tentang kau
Ada banyak kau disini

Terima kasih kau telah membaca sampai usai
Ini semua tentang kau
Banyak kau disini
Juga dihati dan ruang imaji.

Minggu, 06 Januari 2013

Dia Memperhatikan Dari Surga


Dia mungkin hilang dari pandangan
Tak lagi bisa kita sentuh
Lenyap semua senyumnya

Dia mungkin tak lagi menjadi tempat kita bersandar
Tak lagi memberi rasa aman kita yang terjatuh

Tapi yang pasti dia sudah tenang dalam peluk-Nya
Dalam kasih sayang-Nya

Bercengkerama dalam doa hanya itu yang kita bisa
Dia memperhatikan dari surga

Sampai bertemu bunda


Ruang Sendiri



Ketika sendiri hanya aku yang mengerti
Tentang dunia yang aku cipta sendiri

Bermain diruang khayal
Ruang yang menyimpan tentang aku
Ruang yang masih enggan aku bagi

Ketika bertemu dengan mu
Seperti bercermin sendiri
Kau enggan berbagi
Nikmati ruang sendirimu sendiri

Tapi menghadapimu tak sama seperti bercermin
Aku ajak kau tertawa, kau membisu
Aku ajak kau tetawa, kau tertawa, kau tersenyum
Kau tertawa aku tertawa, kau terdiam

Kau seperti bayangan tapi tak tertebak
Tak bisa direka

Tapi bisakah kita berharmoni?
Seperti aku dan bayanganku dicermin
Tak bisakah kita berkirim memori?
Berbagi cerita kita yang tersembunyi
Atau kita biarkan ruang sendiri tetap kita hirup sendiri

Dengan mu aku ingin berbagi...


Selasa, 01 Januari 2013

Pijar Dihari Pertama

Pijar di hari pertama
Dorrr
Tanpa hitungan mundur 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Pijar dihari pertama
Dorr
Melukis langit dengan cahaya
Pijar di hari pertama
Kita bercengkrama dengan soal beda
Hujan gemericik