Banyak orang
beranggapan aku dan dirinya hanyalah kesalahan dalam suatu sistem, sebuah titik
yang tidak sengaja tergores oleh sang maestro pada sebuah lukisan.
Kini aku benar-benar
tak peduli dengan suara-suara sumbang itu, sudah penuh sesak telingaku diisi
oleh suara sumbang para artis yang mampir dilayar televisi tiap pagi. Jadi tak
sedikit pun kuhiraukan semua omongan miring tetang aku dan dia.
Anggap saja aku begitu
beruntung mendapatkannya, dan dia begitu sial mau menerimaku, atau anggap saja
kepalanya habis terbetur siang itu.
21 oktober, kalau
tidak salah itu tanggal dimana keberuntunganku bertemu dengan kesialannya. Aku
masih ingat betul ketika aku mengucapkan kata kata yang....... ah.. kata yang
hampir tak kupercayai akhirnya meluncur dari mulutku.
“Tidak benar aku
mencintaimu sejak pandangan pertama, tapi kalau kau percaya pada pepatah jawa ”witing tresno jalaran soko kulino” begitulah yang aku rasakan padamu. Rindu yang
terus mendatangiku tiap malam, dan memori tentangmu yang terus berputar di kepala
membuatku seperti gila. Jadi aku beranikan diri mengucapkan ini....... maukah
kau menjadi pacarku?”
Kata kata yang
kuhapalkan selama dua malam, akhirnya meluncur ke udara bebas. Masuk ke
telinganya dan sukses mengganggu akal sehatnya.
“Iya aku mau”
Hanya kata itu yang
keluar dari bibirnya. Tak kupercaya dia mengiyakan permintaan yang hampir ku
anggap mustahil itu. Sesak napas aku dibuatnya
***
Akar permasalahan
yang membuat nada-nada sumbang itu bermunculan adalah aku, seorang dari
golongan mayoritas atau bisa disebut dari golongan siswa tidak populer berhasil
mendapatkan Ratih. Wanita yang menjadi incaran puluhan bahkan ratusan siswa
laki laki disekolah kami. Yang berani mendekatinya hanya siswa siswa populer.
Atau siswa dari golongan mayoritas alias siswa tidak populer yang terlalu
percaya diri, atau lebih tepatnya tidak tau malu hingga menganggap Ratih mau
dengan mereka.
Tapi tampaknya Ratih
menolak mereka semua. Terbukti dia masih saja naik angkot ketika pulang sekolah.
Sedangkan ketika berangkat dia selalu diantar oleh ayahnya. Bukankah pria yang
berhasil merebut hatinya pasti akan memboncengkannya, mengantar
jemput setiap hari?
***
Ratih memiliki
rambut sepunggung yang sangat hitam, seperti rambut para model iklan shampo di
televisi. Sorot matanya tajam. Dan cara berjalan sungguh anggun. Wanita yang
memiliki wajah menyejukan pandangan mata.
Perkenalanku dengan
Ratih dimulai dari ketidak sengajaan. Ketika selesai salat, aku hendak
mengenakan sepatuku. Aku duduk dikursi panjang yang dikhususkan bagi jamaah
mesjid untuk mengenakan sepatu. Aku tidak sadar ada Ratih disebelahku, dan
dengan cerobohnya aku mengenai rok putih yang dikenakan Ratih ketika hendak
mengikat sepatuku.
“Maaf, maaf, maaf.
Enggak sengaja”. Dengan cepat aku memohon maaf kepadanya.
“Gak apa apa”. Dia
membalas dengan menyunggingkan senyuman.
Setelah pertemuan
itu, ketika bertemu dengannya aku selalu memberi senyum, dan diapun selalu
membalas dengan tersenyum pula. Ingin terbang aku dibuatnya.
***
Momentum terjadi
ketika pengumuman pembagian kelas tiga, dalam daftar absen aku sekelas dengan
seorang siswi yang bernama Ratih Nawang Sari. Ratih yang itukah? Ratih yang
selau tersenyum ketika bertemu denganku. Ratih yang senyumnya mampu membuatku
kehilangan gravitasi dalam sepersekian detik.
Mungkin ini yang
disebut teori relativitas oleh Einstein, ketika aku tidak bisa tidur karena
besok ada ulangan matematika, waktu serasa cepat sekali berputar, tiba tiba
sudah pagi. Namun, ketika aku menantikan pagi karena ingin cepat cepat
memastikan Ratih Nawang Sari itu Ratih yang ku kenal atau bukan, malam
sepertinya enggan beranjak. Tiap kali kulihat jam dinding seperti tak berputar
jam itu.
***
Dan ternyata Ratih
benar benar sekelas denganku. Kami mulai saling berbicara, mulai dari kejadian
di mushola berapa ratus hari yang lalu. Tugas tugas yang mulai menumpuk. Tapi
untuk kehidupan pribadi tak banyak ia bercerita. Sudah punya pacarkah dia?
Setampan apakah pacarnya atau bagaiman tipe pria idamannnya. Tak sekalipun kudengar.
Perkembangan
hubungan kami hanya sebatas teman mengerjakan tugas, kalo tidak ada tugas tak
pernah kami berbicara berdua. Sebenarnya aku ingin melangkah lebih jauh. Tapi
perkara yang satu ini menbuat akau hilang akal, bingung harus memulai dari mana?
Sungguh akau ingin sekali bisa lebih dekat dengannya.
Sejak getaran itu
muncul aku semakin tak menguasai diri jika berbicara dengan Ratih. Topik
pembicaraan yang sudah tersusun rapih dalam kepala seketika hilang ketika
berdua dengannya. Aku hanya bisa mengiyakan semua perkataannya. Mengangguk atau
memberi jempol. Bodoh. Pria tipe ini adalah pria yang biasa disalip oleh
saingannya ditikungan terakhir, baik pada kejuaraan balap atau urusan seperti
ini, urusan hati.
***
Aku semakin sering
mendapat tugas kelompok dengannya. Dan seperti biasa, kami terlibat percakapn
seru mengenai tugas. Tapi saat berbicara mengenai hal hal lain mulutku
terkunci, aku masih dengan gaya yang sama, jika ia tidak memulai aku tidak akan
memulai pembicaraan. Dan saat ia mulai berbicara, aku hanya menggangguk,
memberi jempol dan tersenyum. Begitulah, berlangsung sampai aku muak dengan
diriku sendiri.
***
Membantunya mengerjakan
tugas adalah peristiwa yang aku tunggu tunggu. Karena hanya dengan cara itu aku
bisa lebih dekat dengannya. Aku begitu peduli dengan hal hal yang ia lakukan.
Dan aku merasa, aku harus ada di tiap gerak lakunya. Beruntung rasanya bisa
mendengar keluh kesahnya.
Akhirnya aku sampai
pada tingkat kegilaan memendam rasa cinta stadium 4. Pada stadium ini biasanya
penderitanya sering melamun, bicara sendiri, tertawa tanpa sebab, terkadang
emosinya meledak ledak, dan sering bertingkah aneh. Apalagi jika wanita idamannya
jalan berdua dengan pria lain. Begitu pula yang aku alami.
Rasa yang kupendam
semakin meledak ledak. Sampai akhirnya aku putuskan untuk mengakhiri
penderitaan ini, aku akan mengutarakan isi hatiku, itupun jika berhasil. Jika
tidak, kegilaan ini malah semakin parah.
Aku pasti dianggap tolol oleh semua orang termasuk Ratih mungkin, karena
berani beraninya “menembak “ Ratih.
***
Dan siang itu
sejarah terukir, aku pria dari mayoritas berhasil mendapatkan cintanya. Cinta
yang banyak orang perebutkan. Tanggapan orang??? Perlahan aku abaikan. Yang
penting adalah cerita kami, cerita aku dan Ratih dimulai di siang itu, 21
oktober....